Jumat, 16 Maret 2012

I hate needle

Seminggu yang lalu saya di vonis dokter menderita penyakit infeksi lever akut yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang fungsi lever. Dokter menyarankan saya untuk opname karena untuk penyakit ini diperlukan antibiotik dosis tinggi yang lebih baik dimasukkan melalui infus. Oh...man I'm not a big fans of needle...I hate it especially jarum infus. Terakhir saya ditusuk jarum infus adalah waktu melahirkan Emir tujuh tahun yang lalu. I really forgot the pain of the needle. And the story begins...
Saya masuk UGD jam 10 malam dan langsung dipasang infus. Rasa sakit waktu ditusuk jarum membuat saya menarik tangan saya dengan tiba-tiba dan bengkak dooong tangan sehingga harus pindah ke tangan yang satu lagi. Setelah merasakan sakit mulailah keringat dingin dan stress, hal tersebut berpengaruh (ternyata) dengan aliran darah. Kalau kita tegang aliran darah membeku sehingga menyulitkan untuk menusukkan jarum infus sialan itu ke tangan. Setelah berhasil dengan susah payah aku dibawa ke kamar perawatan yang kecil dan remang-remang, karena kamar lain penuh. Siksaan pertama dimulai yaitu ketika suster memasukkan obat langsung ke tangan yang dinfus, rasanya seperti ada hawa panas yang menyerang tiba-tiba, "suster ini normal ya tiba-tiba ada rasa panas" dengan santai suster menjawab "normal kok bu" dengan tetap menyuntikan obat tersebut. Dan saya berpikir kalau elu belum merasakan sakitnya kayak apa jangan asal jawab. Harusnya dia memperhatikan setiap keluhan dan berempati. Lucky me mempunyai dokter yang memperhatikan setiap keluhan pasiennya. Sehingga hari ke dua obat tidak langsung disuntikkan ke tangan tapi di masukkan ke infus.
Selama dirawat saya mengalami 4 (baca: empat) kali ditusuk jarum infus karena bengkak akibat terlalu banyak gerak. Ughhh...I feel so stressed and I am so frustrating sampai saya meminta kepada suster untuk diberikan obat oral. Until I meet this nurse Hindun. Dengan sabar dia meyakinkan saya untuk kembali dipasang infus karena sayang obatnya baru setengah yang masuk btw obat antibiotik tersebut berharga ratusan ribu. "Bu kalau ini tidak berhasil saya janji akan nelfon dokter dan minta obat oral" kata suster Hindun setelah gagal menusukkan jarum yang pertama. "ok but you have to promise me that you have only one shoot to try" I said to her. "ok I promise". Dia menyiapkan semua peralatan dan mulai mencari pembuluh darah saya. Tiba-tiba dia menanyakan anak dan bla..bla..mengajak ngobrol. Suddenly I feel so happy and we both laugh. Dan tanpa saya sadari dia sudah menusukkan jarum ke tangan saya, "ok bu tenang ya sudah masuk nih" dan dengan cepat menusukkan kembali jarum infus tanpa rasa sakit dan memasang kembali selang dan obat. Oooh My God...this is my last chance. Untunglah infus yang terakhir lancar dan untuk pertama kalinya saya bisa tidur nyenyak di rumah sakit.  Nurse Hindun is my hero...and I still hate needle.   

Tidak ada komentar: