Suatu hari Emir membawa gunting dan bersiap untuk menggunting kertas...tiba-tiba dia menoleh ke arahku dan ini kata-kata yang keluar dari mulut mungilnya itu "Bunda jangan ngomong jangan yah ke aku" dengan sedikit terkejut aku bilang "iya...tapi hati2 ya".
Kata-kata Emir pada hari itu membuatku berpikir apa aku terlalu banyak melarang??? sampai dia harus memperingatkan bundanya dulu. Sebenarnya aku sadar sih terlalu banyak melarang tetapi kata2 itu reflek sekali keluar dari mulutku "Jangan...!!!" atau "Awas..!!!" biasanya susulan kalimatnya "nanti jatuh..." "nanti pecah..." "aduuuhh jangan main itu..." dan ribuan kata-kata larangan lainnya...weeeeiii aku bukannya gak tau itu bisa membuat seorang anak menjadi penakut atau tidak pede dengan apa yang di kerjakannya...oke..oke aku tahu itu salah...tapi aku ceritain dulu ya latar belakang kenapa aku selalu berteriak dengan dua kata itu...
Ketika belum punya Emir aku adalah petugas penjaga keponakan2 dari mereka belum jalan sampe sekarang sudah bisa pacaran...I love them all...tapi kadang2 mereka melakukan hal yang aneh-aneh*istilah yang aku pake*kalau mereka berubah menjadi tarzan...super hero...pemain silat...tukang jagal...biasanya itu pada keponakan yang laki2 (ada dua yang punya 'tanduk') kalau yang perempuan biasanya kepada benda2 yang dipegang atau coret2 dinding...gitu
Nah selama menjadi petugas penjaga itu...para ortunya malah lebih santai melihat kelakuan anak2nya itu selama anak tersebut bermuka manis di depan mereka maka kelakuan 'setan'nya gak akan kelihatan, kadang2 saking sudah hapal dengan apa yang akan terjadi kalau mereka melakukan sesuatu aku sudah mencegah dengan...ya itu tadi 'jangan!' dan 'awas!' dan sedikit ancaman hehehehhe...
Jadi inget nih pada waktu acara keluarga di Semarang untuk membuat acara meriah kita membuat kuis tebak siapa...and you know what they made a kuis about me...seorang meragakan dan yang lain menebak siapa. Taaaadaaaa...gini cara keponakanku Dhia ketika dia tahu harus meragain aku...'Dhia jangan...dhia awas...hati-hati'...dan aku dengan semangat ikut teriak 'bi Nonon!'...'wawak Ati'...'Ninin' dan semua yang aku sebutin salah...lah emang siapa tuh!!! kata Dhia 'Itu kan Ilin' haaahhh masak seehhh akyu...OMG kayaknya hal itu tertanam di benak mereka sampai gede...
Kembali ke persoalan semula...menurut buku yang pernah aku baca justru kita harus mendorong apapun kegiatan yang dilakukan oleh anak... tugas kita adalah hanyalah mengawasi, memperhatikan tapi bukan untuk melarang kalaupun itu kita anggap berbahaya maka kata2 yang di pakai adalah lebih ke arah positif misalnya...'daripada itu lebih baik pakai yang ini' dan kalaupun dia bertanya kita harus menjelaskan...tuhhh kan aku juga tahu...menurut pengamatan aku ya emang tipe2 ibu Indonesia zaman sekarang seperti itu...mungkin terlalu melindungi anak-anaknya atau keadaan lingkungan yang tidak aman membuat kita over reacted terhadap kegiatan yang dilakukan anak2 kita...kalau gitu mungkin ini jawaban mengapa anak Indonesia tampak takut2 untuk mengemukakan pendapat atau tidak pede dengan dirinya...wah
Dan aku juga pernah baca tentang keluarga seorang tokoh Indonesia yang satu keluarga berhasil menjadi 'orang' di bidangnya masing2 begini katanya 'Saya bersyukur mempunyai orang tua yang tidak pernah melarang apa yang kami kerjakan, bahkan corat coret di dindingpun orang tua tidak menjadi marah' waaakkkk kalau kita...bisa gak tanpa mencekik leher si anak.
Pekerjaan rumah bagi para orang tua termasuk aku ya...karena tidak ada lain bagi kita untuk membuat anak kita menjadi yang terbaik bukan sebaliknya...iya gak well...I hope.