Jumat, 04 September 2009

emir's first earth quake

Ini cerita yang tertinggal dari gempa...

Setelah menenangkan diri sebentar gw memutuskan untuk pulang dulu secara rumah gw deket dengan kantor. Mengendarai motor bersama seorang teman yang rumahnya satu kompleks kami ngebut pulang ke rumah. Sepanjang jalan terlihat orang-orang berkumpul di depan rumah mereka dengan muka-muka masih di liputi kecemasan akan adanya gempa susulan. Sampai di rumah gw langsung mencari sang buah hati dan menemukannya di kamar mak Enung dengan muka cemas dan ketakutan bahasa Sundanya 'Soak' langsung gw peluk dan berusaha menenangkan, badannya gemetar sambil nangis dia bilang 'tadi ada gempa bun, aku jalannya goyang2 aku takut bun...'terus gw bilang 'ini ada bunda sayang semua orang takut tapi sekarang gempanya sudah berhenti kok...'gw gendong dia bajunya basah karena tadi di lagi nyuci sepeda langsung gw ganti dan pindah ke kamar gw gak lama kemudian dia tidur.

Beberapa hari kemudian kami mencari di google tentang apa itu gempa dan ada apa di perut bumi dengan bahasanya gw menerangkan bahwa di perut bumi itu ada api dan selalu bergerak gak pernah diam. Di malam hari ketika mau tidur gw biasanya cerita secara tidak sengaja gw cerita ttg anak yang takut gempa tiba2 dia nangis dan merasa diingatkan kembali gempa kemarin aduuuh ternyata dia trauma akan gempa, reaksi yang gak pernah gw sangka. Ngomong2 tentang trauma ternyata gak hanya Emir semua temen kantor gw masih trauma dengan kejadian gempa yang datang dengan tiba-tiba itu. Mungkin diperlukan waktu lebih lama untuk melupakannya yah...

Rabu, 02 September 2009

antara gempa dan teman

what a shocking day...earth quake!

Tepat jam 3 sore yang cerah gedung tempat gw kerja kaca-kacanya bergetar eh..kok makin lama makin keras, kepanikan mulai melanda kami dan gw memerlukan beberapa detik untuk sadar bahwa itu gempa sementara teman sebelah gw *cowok* dengan secepat kilat lari shiuuut meninggalkan gw yang bengong. Mulai sadar ketika melihat yang lain lari menuju tangga...btw gw kerja di lantai dua...antara sadar dan gak sadar gw lari menuju tangga dengan tetap ber-high heels (sepatu gw itu di pake jalan aja licin apalagi lari). Di tangga secara tiba2 gw berhenti dan inget temen gw yang lagi hamil masih di mejanya dan gak mungkin dong dia lari, gw mo balik lagi di tangga ada tapi yang mendorong dari belakang oleh pegawai2 panik dan melihat di tangga batu2 mulai berjatuhan dari dinding yang retak semua orang tambah panik berteriak Allahu Akbar! ya Allah...gempa!

Sampai di bawah yang gw inget cuma temen gw itu whaaa...dia sendiri di atas sebenarnya gw mau masuk lagi tapi antara takut dan berani akhirnya ada satpam yang sedang melihat keadaan gw minta tolong dan keluarlah si ibu hamil yang mungil dengan senyum yang khas langsung gw sambut karena merasa bersalah meninggalkan dia seorang diri. Ada rasa marah sama diri gw dan orang2 sekitar terutama yang laki2 (menurut gw harus lebih melindungi) tapi kayaknya dalam situasi seperti itu tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kalau semua orang berpikir diri sendiri lah yang harus diselamatkan lebih dulu...jadi inget ada ayat Al-Quran tentang hal ini di mana pada saat hari akhir semua orang menyelamatkan diri sendiri bahkan tidak ingat kepada ayah,ibu,anak, apalagi yang tidak ada hubungan darah...masyaallah di kasih gempa 'kecil' aja kita sudah tidak berdaya apalagi nanti di hari kiamat nanti!. Betapa tidak berdayanya manusia dan mengapa kita masih punya nyali buat menyombongkan diri...duh Gusti